Mungkin banyak di antara kita yang gemar makan piza, ayam goreng, dan kentang goreng ditemani minuman soda sambil main game. Bila Anda terbiasa mengonsumsi junk food dan fast food dengan intensitas tinggi, siap-siap saja karena Anda akan makin sulit untuk mencegah proses degeneratif dan penuaan yang terjadi, khususnya bagi kesehatan pria.
Perlu diketahui, fast food ternyata mengandung garam, lemak, dan kalori yang tinggi, termasuk kolesterol yang mencapai 70 persen serta hanya sedikit mengandung serat yang justru sangat dibutuhkan tubuh. Selain kandungan gizinya yang rendah, fast food juga mengandung zat pengawet dan zat adiktif yang membuat kita ketagihan. Kandungan lemak yang tinggi banyak terdapat dalam makanan cepat saji dan memperbesar risiko kanker, terutama kanker usus besar dan payudara. Makanan cepat saji juga mengandung protein hewani yang cukup kaya. Hal tersebut bisa menyebabkan terhambatnya penyerapan kalsium di dalam tubuh yang bisa berdampak pada pengeroposan tulang. Sebagai seorang pria, saya yakin Anda tidak menginginkan hal ini bukan? Terlebih ketika ada masih dalam usia produktif.
Tak hanya sekadar osteoporosis, fast food juga berdampak buruk bagi kesehatan sperma Anda. Penelitian terbaru menyebutkan, konsumsi fast food juga berhubungan dengan jumlah produksi sperma pada pria. Dalam sebuah penelitian berskala kecil yang dilaporkan dalam jurnal Human Reproduction, para ahli meneliti 99 pria yang mendatangi klinik kesuburan di Amerika Serikat. Hasil yang mereka dapat sungguh mengejutkan. Pria yang mengonsumsi lemak tinggi punya kecenderungan memiliki jumlah sperma yang lebih sedikit. Di sisi lain, penelitian tersebut juga menemukan bahwa diet tinggi asam lemak omega-3 yang banyak ditemukan dalam minyak nabati dan ikan dapat membantu meningkatkan kualitas sperma.
Pemimpin penelitian, Profesor Jill Attaman dari Harvard Medical School, Boston mengatakan, “Hubungan antara lemak dan kualitas sperma cukup besar. Temuan ini sekaligus menjadi alasan agar setiap orang membatasi konsumsi lemak jenuh yang berkaitan dengan perkembagan penyakit kardiovaskular.”
Pada penelitian lain, untuk melihat seberapa banyak konsumsi lemak mereka, para periset membagi para peserta pria ke dalam tiga kelompok. Penelitian menunjukkan, dibanding mereka yang mengonsumsi sedikit lemak, pria dengan asupan lemak yang tinggi memiliki jumlah sperma 43 persen lebih rendah dibanding pria dengan lemak yang rendah. Tak hanya itu, konsentrasi sperma 38 persen juga lebih rendah. Konsentrasi sperma dalam hal ini diartikan sebagai jumlah sperma per unit volume semen.
Peneliti menegaskan, diet tinggi lemak tampaknya tidak mengganggu kesuburan para responden pria jika berdasarkan riset ini. Fakta menujukkan, tidak ada pria yang jumlah spermanya ada di bawah ambang batas yang ditetapkan WHO, yaitu minimal 39 juta dengan kadar konsentrasi 15 juta per mililiter. Pada pria yang mengonsumsi kadar lemak tertinggi (37 persen melebihi batas kalori normal), jumlah spermanya mencapai 125 juta dan konsentrasi rata-rata 51 juta per mililiter. Meskipun begitu, para peneliti tetap memperhitungkan fakta bahwa 71 persen dari responden pria mengalami kegemukan yang akan berdampak buruk pada kualitas sperma.
Pada penelitian yang berbeda, para ahli melakukan tes sperma/analisis semen untuk mengetahui kualitas sperma. Penelitian ini untuk melihat pergerakan, konsentrasi, maupun bentuk sperma. Hasilnya, bagi mereka yang gemar mengonsumsi makanan sehat, pergerakan spermanya cukup tinggi. Ini berbanding terbalik dengan pria yang suka mengonsumsi makanan olahan, fast food contohnya, sperma mereka diketahui memiliki pergerakan yang lambat atau cukup rendah, bahkan tidak bisa bertahan dalam perjalanan membuahi telur.
Nah, untuk para pria yang selama ini gemar mengonsumsi junk food atau sejenisnya cobalah untuk menguranginya bahkan berhenti. Ini demi kesehatan dan masa depan Anda sendiri, bukan?