Setelah resmi berstatus suami istri, semuanya memang sudah dihalalkan. Yang tadinya mungkin Cuma bisa ngintip di google, yang sekarang udah pada kena internet positif semua. Setelah menikah semuanya jadi serba nyata.
Cuma tentu saja berbicara tentang nikah atau kawin itu gak sekedar berbicara tentang “sentuhan” dan persetubuhan yang tak lagi tabu. Tapi setelah menikah itu kita bakal dihadapkan dengan segala sesuatu yang dilakukan bersama. Terdengar menyenangkan memang, tapi menjalaninya itu ibarat menapaki ribuan tangga yang makin lama bakal terasa makin sulit untuk ditapaki. Yang jika tak dihadapi dengan cinta, kasih sayang dan pengertian rumah tangga bisa berisiko berujung di pengadilan.
Dalam artikel tentang depresi perkawinan, telah dibahas bahwa dalam setiap pernikahan, pasti ada saat-saat di mana terjadi masalah. Namun hal ini tidak berarti bahwa setiap pasangan menikah pasti pernah mengalami depresi perkawinan atau konflik yang tidak terselesaikan. Karena faktanya tentu tak sedikit juga pasangan yang menjalani perkawinannya dengan bahagia. Tapi dilihat dari kenyataan, pola pikir serta budaya memang cukup berisiko memicu gangguan serius pada pernikahan. Karena seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, fantasi pernikahan serta tingginya gengsi yang dibalut budaya kerap kali memicu keretakan dalam hubungan.
Karena itu tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, siapa sih yang mau hubungannya tak bahagia sampai akhir hayat? Untuk itu, agar perkawinan Anda jauh dari badai depresi yang tidak hanya bisa membuat sensi dari salah satu pihak tapi juga berisiko membuat hubungan jadi tak sehat. Berikut kami bagikan beberapa cara mencegah depresi perkawinan.
Pernikahan yang Sehat dan Realistis Harus Dimulai dengan Komunikasi
Kunci untuk mempertahankan perkawinan yang sehat namun realistis adalah dengan menggunakan komunikasi yang terbuka. Ini penting karena yang namanya menikah meski saling cinta ada kalanya kita merasa tak setuju dengan keputusan pasangan. Nah, momen inilah yang penting untuk dibicarakan ketimbang dipendam yang dapat menjadi racun dalam hubungan.
Dalam Hubungan Jangka Panjang Fokus Utama Bukanlah Bagaimana Tampil Bak Putri Raja tapi yang Penting itu Adalah Bagaimana Hubungan Anda Kedepannya
Jangan jadikan upacara pernikahan dan bulan madu sebagai prioritas yang paling penting bagi Anda. Alih-alih memfokuskan terlalu banyak pada upacara pernikahan dan bulan madu, fokuslah pada mempersiapkan pernikahan Anda.
Bersama dengan pasangan Anda, diskusikan apa yang akan Anda lakukan setelah Anda pulang dari bulan madu, dan apa harapan Anda dari pernikahan. Ini akan menghindari kesalahpahaman atau kejutan yang kurang menyenangkan di tengah perjalanan pernikahan Anda. Juga penting untuk diingat bahwa Anda berdua harus bisa mempertahankan percikan rasa cinta dan ketertarikan seksual seperti sebelum Anda menikah.
Setelah Menikah Bukan Berarti Romantisme Pacaran Harus Hilang
Tetaplah pergi berkencan dan merencanakan kegiatan khusus bersama-sama, atau sesekali lakukan kencan spontan (tidak terencana). Sesekali nikmatilah momen romantis berdua, entah itu nonton, rekreasi ke pantai atau yang paling sederhana kencan di rumah sendiri. Apapun bisa Anda lakukan karena kencan setelah menikah yang paling penting adalah kerjasama dan kedekatan Anda dan pasangan.
Pernikahan itu Bukan Sebuah Kisah Dongeng yang Selamanya Bahagia Tapi Pernikahan itu Realita Kehidupan yang Didalamnya Kadang Diterpa Badai Masalah
Menerima kenyataan bahwa pernikahan bukanlah sebuah dongeng di mana tokoh utamanya menikah dan hidup berbahagia sampai akhir hayat mereka juga bisa mencegah Anda dari depresi perkawinan.
Terimalah kenyataan bahwa walaupun Anda berdua adalah pasangan yang menikah, masing-masing dari Anda masih orang yang akan merasa dan berpikir secara berbeda pada waktu-waktu tertentu. Dan ini tidak berarti bahwa Anda berdua tidak cocok. Ingatlah bahwa setiap manusia memiliki keyakinan dan kepribadian yang berbeda. Anda bisa berlatih untuk lebih saling memahami satu sama lain. Misalnya, ciptakan situasi di mana Anda merasa ada hal-hal yang kurang menyenangkan bagi Anda dan di mana Anda dan pasangan Anda tidak setuju tentang suatu hal. Setelah itu, cobalah beberapa cara untuk menangani situasi seperti itu. Jika Anda berdua sudah terbiasa menghadapi konflik dan berlatih menangani konflik, Anda berdua akan bisa mempersiapkan diri dengan pengetahuan dan kekuatan untuk menerima realitas pernikahan, dan bagaimana menghadapi ketika realita tersebut terjadi kepada Anda. Dengan demikian, Anda berdua dapat menjalani kehidupan pernikahan yang sehat dan bebas depresi perkawinan.