Menikah itu bukanlah hal yang mudah, karena setelah menikah di mana Anda dan pasangan akan hidup bersama itu berarti Anda akan hidup bersama dengan orang yang berbeda dengan Anda. Seperti yang Anda tahu pun menyatukan dua hal berbeda itu sangat sulit, tidak hanya dibutuhkan proses saja tapi juga dibutuhkan banyak hal.
Diakui atau tidak, ada banyak pasangan yang telah menikah lebih memilih untuk bermain manipulasi ketimbang menyatukan perbedaannya dengan pasangan. Seperti misalnya, bermanja-manja dengan pasangan agar mendapatkan jatah jajan tambahan atau mengajak pasangan kencan romantis agar dapat “jatah”.
Apakah Anda pernah mencoba untuk memanipulasi keadaan dalam pernikahan Anda hanya untuk mencari kuntungan bagi Anda sendiri? Meski mungkin memberikan kenikmatan sementara, tapi ada konsekuensi jangka panjang dari manipulasi tersebut yang dapat menghancurkan sebuah pernikahan.
Pada suatu waktu, kita semua mungkin mencoba menggunakan manipulasi pada pasangan kita. Tingkat penggunaan dan hasil manipulasi mungkin bervariasi. Meskipun umumnya manipulasi merupakan kejadian langka dalam pernikahan, namun beberapa pernikahan dibangun “di atas” manipulasi. “Kalau kamu begini, aku akan begitu”. Atau “Kalau kamu memberi aku ini dan itu, aku akan melakukan ini dan itu”. Ini bukanlah sutu bentuk tawar-menawar, ini adalah jelas-jelas manipulasi!
Jika Anda tidak percaya, mari kita menggali sedikit lebih dalam arti kata manipulasi. Menurut kamus, salah satu arti manipulasi adalah “Mengendalikan atau mempermainkan seseorang dengan cara yang licik dan tidak adil demi keuntungannya sendiri.”
Jadi mari kita pertimbangkan beberapa hal tentang penjelasan tersebut. Yang pertama adalah bahwa seringkali manipulasi didasarkan pada kontrol. Pernikahan yang sehat adalah pernikahan di mana suami dan istri tidak saling mengendalikan satu sama lain.
Yang kedua adanya ketidakadilan. Tidak ada seorang pun yang ingin diperlakukan secara tidak adil dalam pernikahan mereka. Sedangkan manipulasi dilakukan untuk keuntungan si manipulator sendiri. Dengan kata lain, kebaikan atau keuntungan untuk pasangannya tidak dipertimbangkan.
Kadang-kadang, orang menganggap manipulasi sebagai lelucon dalam pernikahan. Tapi sebenarnya manipulasi bukanlah bahan tertawaan. Berhati-hatilah… Mungkin Anda bermaksud bercanda, tapi Anda tidak mengetahui bahwa sebenarnya pasangan Anda merasa dimanfaatkan dan diperlakukan dengan tidak sepantasnya.
Artikel yg sangat bermanfaat sekali.mksh..