Pernikahan dianggap peristiwa yang paling spesial dalam kehidupan siapapun. Sudah jelas ya karena yang namanya menikah itu gak Cuma sekedar melangkahkan hubungan ke jenjang yang lebih serius tapi juga menjadi momen spesial dimana cinta dipersatukan dengan halal. Apalagi yang udah banyak-banyak ngelus dada karena keseringan ditanya kapan kawin. Dan plusnya gak lagi harus main kucing-kucingan ama satpol PP haha.
Namun meskipun pernikahan adalah momen yang spesial, faktanya pernikahan itu beda dengan yang namanya pacaran. Waktu pacaran itu meski cinta yang mempersatukan tapi masih banyak batasan yang tidak boleh dilanggar, salah satunya tentu tentang seks. Selain itu sudah jelas dengan budaya kita tidak ada yang namanya pacaran tapi tinggal serumah. Biasanya lagi, kalau masih pacaran itu masing-masing masih enggan untuk memperlihatkan tindak-tanduknya yang aneh atau yang buruk.
Nah, setelah menikah semua batasan itu jadi hilang. Jangankan soal seks tapi juga pembatasan tentang “mau selalu tampil baik di depan orang yang dicinta” itu bakal jadi kabur. Misalnya, dia yang waktu pacaran selalu baik tapi sudah nikah malah jadi cuek. Nah, tak jarang semua hal tersebutlah yang mulai memicu rasa bosan dan stres yang membuat banyak orang yang menderita depresi perkawinan segera setelah acara pernikahan dan bulan madu berlangsung. Meskipun ini umum terjadi, depresi dalam perkawinan masih merupakan sesuatu yang tidak dipahami atau disadari oleh kebanyakan orang. Jadi apa itu depresi perkawinan dan apa yang menyebabkannya?
Depresi dalam Rumah Tangga
Depresi perkawinan sebenarnya dapat terjadi karena berbagai sebab, ada satu alasan yang paling umum, yaitu disorganisasi. Ini berarti bahwa kebanyakan pasangan tidak mengatur apa yang akan terjadi setelah acara pernikahan dan bulan madu. Yang ada biasanya mereka terlalu menikmati momen-momen spesial disaat semua sudah serba di halalkan. Padahal pernikahan itu bukan hanya tentang momen bahagia dengan tampil cantik dan tampan di atas pelaminan. Tapi yang namanya menikah itu tentang hidup bersama.
Baik pria maupun wanita bisa menderita depresi perkawinan, tetapi ini lebih sering terjadi pada wanita, karena perempuan memiliki kemauan yang lebih kuat untuk membuat pengalaman pernikahan mereka sempurna secara keseluruhan. Sejak awal hubungan mereka, wanita memiliki kecenderungan untuk mulai membuat sebuah dunia fantasi dalam pikiran mereka tentang bagaimana mereka ingin hidup selamanya bersama pasangan mereka. Fantasi ini mereka rencanakan dengan begitu detail dan hati-hati, sehingga alam bawah sadar mereka menganggap fantasi tersebut sebagai sebuah kenyataan, yang akhirnya menggiring mereka kepada depresi perkawinan.
Ketika kita berpikir tentang pernikahan, kebanyakan dari kita akan berpikir tentang jenis perayaan pernikahan yang kita inginkan, dan di mana kita ingin berbulan madu. Biasanya pikiran tentang pernikahan berhenti sampai di sini, itulah sebabnya mengapa kemudian banyak pasangan menikah yang mengalami kekecewaan. Meskipun beberapa pasangan mungkin telah melewati bertahun-tahun masa pacaran sebelum memutuskan untuk menikah, tetap saja pernikahan membutuhkan banyak perencanaan, kerjasama dan pengaturan banyak hal. Salah satu fantasi yang harus Anda hapus dari kepala Anda adalah bahwa pernikahan Anda akan menjadi kencan romantis di mana semua hal akan selalu berjalan lancar tanpa masalah. Pernikahan pun bukanlah sebuah fase dimana Anda dan pasangan bakal selalu romantis setiap saat, karena ada saatnya hubungan rumah tangga Anda itu bakal didatangi oleh “tamu tak diundang”. Yang mana bukan hanya tentang masalah perdebatan antara Anda dan pasangan, atau adanya orang ketiga yang merusak hubungan sampai mertua yang datang menjenguk lantas menanyakan “kapan saya bisa menimang cucu?” dan masih banyak lika-liku rumah tangga lainnya.
Pernikahan memang bisa jadi suatu hal yang sangat indah, tetapi pernikahan juga membawa tantangan dan hambatan. Yang benar adalah bahwa, suka atau tidak suka, perkawinan Anda tidak akan berjalan sempurna setiap saat. Akan ada saat di mana Anda dan pasangan Anda berbeda pendapat dan menghadapi tantangan yang sangat sulit.
Jadi karena itu pernikahan itu jangan hanya ada cinta tapi koordinasi yang sejalan dan sehati dengan pasangan Anda.
Jika Anda berencana untuk menikah atau baru saja menikah, baca cara mencegah depresi perkawinan di sini. Karena yang namanya pernikahan itu tidak hanya saling cinta tapi juga harus ada saling berjuang demi hubungan yang berlandaskan cinta.