Cinta adalah sebuah perasaan yang tidak bisa ditebak, kadang cinta bisa datang disaat yang tidak tepat, tidak terduga bahkan kadang perasaan itu bisa saja muncul disaat kita sebenarnya sudah mencinta. Hmm itu lain soal ya? Tapi memang benar seperti itu kan?
Yang namanya cinta itu memang sangat-sangat susah untuk kita ketahui kapan dan di mana cinta itu akan datang. Bisa saja saat Anda masuk ke sebuah cafe disaat Anda sedang memilih menu mana yang pas untuk dinikmati lantas tiba-tiba seseorang di samping Anda merekomendasikan menu kopi yang menurutnya sangat enak. Anda mulai mengobrol dengannya dan tiba-tiba Anda tersentak oleh perasaan bahwa Anda mungkin baru saja menemukan Mr. Right. Anda pernah seperti itu?
Mungkin Anda akan berpikir kalau hal itu adalah hal yang gila, bukan berarti kelainan jiwa tapi sebuah hal yang sepertinya nyaris mustahil terjadi. Tapi bagaimana kalau kejadian itu benar-benar terjadi pada diri Anda? Apa benar dia jodoh Anda? Apakah dia yang selama ini Anda cari? Tapi Dapatkah seseorang benar-benar mengenali jodohnya dengan begitu cepat?
Jawabannya adalah “Ya”.
Faktanya sebagai manusia, kita sebenarnya dirancang untuk langsung menilai seorang calon pasangan. Sebuah keterampilan intuitif yang dikembangkan jutaan tahun yang lalu oleh nenek moyang kita sebagai cara untuk membedakan antara teman dan musuh. Dan meskipun sekarang ini kita mungkin tidak terlalu banyak menggunakan keterampilan ini, tapi kita secara rutin mengarahkan pikiran kita tentang apakah seseorang bisa menjadi seorang teman dalam 3 menit pertama kita berbicara dengan dia.
Memang, dibutuhkan kurang dari 1 detik untuk memutuskan apakah Anda menemukan seseorang menarik secara fisik. Terlalu pendek, terlalu tinggi, terlalu tua, terlalu muda, terlalu berantakan, atau terlalu dipoles… dan sebagainya.
Namun, jika dia sesuai dengan konsep fisik yang Anda sukai, pikiran Anda akan melangkah ke pos pemeriksaan berikutnya: suara. Sekali lagi, Anda merespon dalam hitungan detik. Wanita biasanya menganggap pria yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang lebih terdidik dan pria dengan suara yang berat sebagai pria yang lebih tampan. Pos berikutnya: kata-katanya. Kita cenderung lebih menyukai orang yang menggunakan kosakata yang sama dengan kita. Kita juga tertarik pada mereka yang memiliki tingkat intelijensi yang sama dan berasal dari latar belakang ekonomi, agama dan sosial yang sama. Kita bisa dengan segera menentukan atribut-atribut seorang pria berdasarkan kata-katanya (dan juga berdasarkan caranya berpakaian, penataan rambutnya, jam tangan yang dipakainya atau tato di tubuhnya).
Tapi apakah pria asing yang berpakaian necis dan bersuara berat ini bisa memberikan apa yang Anda butuhkan? Untuk pertanyaan penting ini, sebagaian besar dari kita membentuk opini dalam 3 menit pertama jika percakapan berubah menyinggung topik yang lebih serius, misalnya tentang politik atau anak-anak. Jadi, ketika Anda bertemu seseorang dan merasa langsung “klik”, maju saja dan percayalah pada insting Anda. Bisa saja kalau dia memang adalah si “Mr. Right” yang Anda cari.
Namun, yang perlu Anda ingat cinta pada pandangan pertama tidak terjadi pada setiap orang. Dalam satu survei yang dilakukan oleh Ayala Malach-Pines, PhD, dari Universitas Ben-Gurion di Israel, hanya 11 persen dari 493 responden mengatakan bahwa hubungan jangka panjang mereka diawali dengan cinta pada pandangan pertama. Lalu bagaimana dengan yang 89 persen sisanya? Para psikolog mengatakan bahwa semakin banyak Anda berinteraksi dengan orang yang Anda suka (walaupun hanya sedikit suka), semakin Anda cenderung untuk menganggapnya sebagai pria yang tampan, cerdas, dan setara dengan Anda (kecuali Anda menemukan sesuatu yang membuat Anda antipati terhadap dia). Jadi adalah hal yang bijaksana untuk mengatur pertemuan kedua. Terkadang dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kedua belah pihak sepenuhnya menghargai satu sama lain. Tapi yang jelas, cinta pada pandangan pertama atau bukan, 3 menit pertama sangat penting untuk perjalanan cinta Anda berdua.