Menjalin suatu kedekatan dengan seorang pria, tentu bagi wanita menjadi suatu hal yang normal dan umum. Ketika seorang pria dengan seringnya menjaka seorang wanita untuk jalan dengan, tentu akan menggambarkan suatu kedekatan satu sama lain. Namun, terkadang terdapat pria yang memiliki karakter yang sedikit ‘unik’ dimana mereka memandang kedekatan tersebut sebagai suatu hal yang biasa-biasa saja dan tidak perlu dijadikan sebagai suatu langkah penegasan dari kedekatan yang terjalin antara mereka. Hal tersebut tentu menggambarkan bahwa pria tersebut adalah golongan pria pemberi harapan palsu.
Bagi wanita yang berada pada kondisi ini, dimana seorang pria yang menjalin kedekatan dengan mereka yang hingga saat ini belum menjadi suatu kedekatan yang jelas, tentu membuat mereka menjadi berfikir keras dalam memaknai kedekatan tersebut. Tentunya hal ini tidak hanya dilakukan oleh wanita, melainkan seorang wanita pun dapat memiliki karakter yang demikian.
Menurut seorang psikolog cantik, Ratih Ibrahim, ketika pasangan baik pria ataupun wanita yang ternyata mereka hanya memberi harapan palsu pada pasangan mereka tentunya menjadi suatu hal yang tanpa disebabkan oleh alasan. Fenomena tersebut tentunya harus didasari oleh suatu rasionalisasi bagi pelakunya. Ratih beranggapan bahwa pria ataupun wanita yang menunjukkan prilaku demikian sebenarnya merupakan bagian dari diplomasi ataupun basa-basi semata. Ketika salah seorang pasangan baik pria ataupun wanita yang menjalin suatu kedekatan, namun tidak mempertegas diri mereka terhadap kedekatan tersebut, namun pula tetap menjaga kedekatan tersebut dengan dalih hubungan baik, semua hal tersebut tentu mencerminkan karakter yang tidak jelas.
“Tapi dia merasa nggak enak untuk bilang, jagain perasaan,” ujar Ratih yang merupakan seorang Psikolog dan sekaligus pendiri Conseling and Development Center PT Personal Growth itu.
Ketika seseorang merasa enggan untuk mengatakan dan berusaha menjaga perasaan seperti disebutkan di atas tentu dapat digolongkan kedalam pasangan yang memiliki karakter yang tidak tegas. Seseorang yang memiliki karakter seperti ini cenderung menunjukkan dimana ia hanya akan memberikan harapan kosong dan palsu pada orang yang ‘dekat’ dengannya tersebut, dikarenakan sebenarnya mereka tidak berkeinginan untuk respon terhadap kedekatan tersebut untuk dijadikan sebagai suatuhal yang serius sebagai suatu hubungan asmara, namun ia tidak berani dan tegas untuk mengungkapkannya ataupun menunjukkannya melalui perbuatan yang konkrit. Seseorang yang memiliki karakter demikian tentu akan menunjukkan sikap memberi harapan terhadap kedekatan yang terjali dengan orang lain tersebut guna agar nantinya ia tidak menjadi sasaran kebencian oleh orang lain tersebut.
Selain hal di tas, terdapat hal lain yang kemudian akan ditunjukkan oleh seseorang yang hanya memberi harapan palsu yaitu sikap yang bersifat manipulatif. “Dia melakukannya karena berharap sesuatu ke kamu,” ujar psikolog lulusan Universitas Indonesia itu. Tentu saja sikap ini menggambarkan suatu sikap yang hanya memanfaatkan orang yang ‘dekat’ dengannya tersebut. Seks ataupun materi tentunya menjadi suatu objek dari sikap manipulasi yang ditunjukkan oleh seseorang yang memiliki karakter pemberi harapan palsu terhadap orang yang bersamanya tersebut.
Tidak hanya berhenti disitu, seseorang yang memiliki karakter pemberi harapan palsu akan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang oportunis. “Oportunis ini berpikir dianya mau, jadi kenapa nggak,” ujarnya. Segala tindakan dan perbuatannya tersebut terhadap orang yang ‘dekat’ dengannya, tentu dipandang sebagai suatu hal yang sah-sah saja. Dengan kata lain, orang tersebut beranggapan bahwa ketika ia memberikan harapan palsu terhadap orang yang ‘dekat’ dengannya, ia tidak akan merasa bersalah dengan sikap yang ia tunjukkan terhadap korbannya tersebut.
Beberapa hal di atas tentu dapat menjadi bahan analisa Anda, apakah kedekatan Anda dengan si dia saat ini yang notabene adalah seseorang yang hanya memberi harapan palsu masuk kedalam alasan yang mana.