Untuk mengorek informasi dari para pelaku kriminal, banyak metode yang biasa dilakukan saat ini. Mulai dari pertanyaan-pertanyaan penjebak, alat tes kebohongan, permainan psikologi, sampai metode ‘pukul-tempeleng’ ala polsek yang masih biasa diaplikasikan untuk kriminal-kriminal kelas kacang ijo. Tapi semua metode untuk mengorek informasi yang ada saat ini tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan metode orang-orang terdahulu.
Mulai dari zaman kerajaan Timur Tengah hingga Roma, banyak metode-metode yang ditemukan untuk mengorek informasi dari tawanan-tawanan perang atau mata-mata. Tentu saja karena ilmu psikologi belum berkembang saat itu, jadinya metode yang mereka gunakan tidak pernah jauh dari penyiksaan fisik. Dibuatlah beragam alat-alat penyiksaan yang hanya memberikan 2 pilihan kepada si korban; mengaku atau mati.
Beruntung kita tidak hidup di zaman ketika alat-alat penyiksaan ditemukan. Dalam sejarah manusia, kerajaan-kerajaan biasanya menggunakan alat-alat penyiksaan yang kejam untuk mengorek informasi dari tawanan-tawanan perang dan mata-mata, atau hanya sekedar sebagai sarana hiburan saja. Maklum, dulu belum ada Youtube.
Alat-alat penyiksaan ini datang dalam berbagai bentuk dan rupa, mulai alat peremuk jempol, sampai alat untuk menarik badan (stretcher) yang biasa digunakan hingga tubuh sang korban terbelah menjadi 4 bagian. Seri kali ini akan menunjukkan Anda alat-alat penyiksaan yang paling kejam dalam sejarah manusia.
1. Penjepit Jempol
Ya, penjepit jempol. Jika dilihat dari namanya, alat ini memang tidak kedengaran begitu kejam. Tapi lihat gambarnya, dan bayangkan jari jempol Anda dijepit alat sebesar itu. Anda akan dipaksa main PS tanpa jempol seumur hidup!
Alat ini tidak terlalu besar, tapi cukup efektif dalam menjalankan tugasnya. Biasanya digunakan untuk mengorek informasi dari tawanan-tawanan perang atau mata-mata. Alat yang dikenal dengan nama Thumb Screw ini adalah alat untuk menjepit jari jempol. Dengan mur yang besar pada bagian tengahnya, dijepit dengan alat ini hampir sama rasanya dengan dijepit kunci inggris, hanya saja dalam ukuran raksasa.
Alat ini pertama kali ditemukan pada abad pertengahan dan sempat menjadi trend penyiksaan dalam proses interogasi kerajaan-kerajaan di Eropa. Dalam prosesnya, sang penyiksa memilih untuk menjepit jari jempol tangan atau kaki. Jepitan thumb screw ini semakin diperkencang jika jawaban yang diberikan belum memuaskan sang penyiksa. Tentu saja bagi korban-korban yang memang tidak tau apa-apa tetap harus berakhir dengan jari yang remuk.
Alat ini mungkin bisa diaplikasikan di dunia pendidikan kita. Jika guru-guru SD menggunakan alat ini untuk menjepit jari anak-anak yang tidak menyelesaikan PR, mungkin suatu saat nanti Indonesia akan dipenuhi generasi-generasi muda yang cerdas… Dan tentunya tak berjempol.
2. The Iron Maiden
Salah satu alat penyiksaan yang paling kejam adalah the Iron Maiden. Alat penyiksaan ini yang kemudian diangkat sebagai nama oleh salah satu band heavymetal terkenal. Tapi segarang-garangnya band Iron Maiden, tidak ada apa-apanya dibandingkan kegarangan alat penyiksaan ini.
The Iron Maiden diciptakan memang khusus sebagai alat penyiksaan yang digunakan untuk menginterogasi tawanan perang dan mata-mata, atau biasa juga digunakan sebagai alat hukuman mati. Iron Maiden adalah sebuah peti yang di dalamnya terisi dengan paku-paku yang panjang. Saat sang korban berada di dalam Iron Maiden, tentu pintu peti ini tidak bisa tertutup rapat kecuali jika paku-paku tersebut menancap masuk ke dalam tubuh si korban.
Alat penyiksaan yang kejam ini sering sekali diterapkan sebelum tahun 1700. Dalam proses interogasi, para penyiksa biasanya merapatkan pintu peti perlahan-lahan membuat korban merasakan sakit yang luarbiasa dari ratusan paku yang menjepit tubuhnya di dalam peti. Sedangkan bagi mereka dijatuhi hukuman mati dengan Iron Maiden dibiarkan mati perlahan-lahan di dalam peti karena rasa sakit dan kehabisan darah.
Dari sekian banyak alat penyiksaan yang pernah dikenal dalam sejarah, the Iron Maiden adalah salah satu yang paling kejam.
3. The Rack
Bicara soal alat penyiksaan, alat yang satu ini adalah yang paling klasik dan kejam. Dikenal dengan nama The Rack, alat ini dirancang khusus untuk proses interogasi. Jika tawanan perang atau mata-mata yang dieksekusi dengan alat ini tetap tidak mau memberikan informasi, tidak ada pilihan lain kecuali mati perlahan-lahan.
Seperti yang Anda lihat di gambar, the Rack adalah sebuah meja besar dengan mekanisme penarik dengan roller pada kedua bagian ujungnya. Korban dibaringkan di atas the Rack dengan tangan dan kakinya terikat pada roller di kedua sisi meja.
3 orang penyiksa setidaknya dibutuhkan dalam proses penyiksaan yang kejam ini. 2 orang yang berbeda harus mengoperasikan roller di sisi meja yang kemudian menarik badan si korban ke dua arah yang berbeda secara bersamaan. Semakin roller dikencangkan, semakin besar rasa sakit yang disebabkan tarikan tersebut.
Jika sang korban tetap menolak untuk memberikan informasi kepada si penyiksa, maka korban dapat mati dengan tulang-tulang yang terlepas dari masing-masing engselnya. Alat ini banyak digunakan di kerajaan-kerajaan Eropa pada abad pertengahan.
4. Brazen Bull
Salah satu alat penyiksaan yang paling kejam adalah Brazen Bull. Seperti alat-alat penyiksaan yang tak berprikemanusiaan lainnya, Brazen Bull juga sering digunakan kerajaan-kerajaan Timur Tengah dan Eropa pada abad pertengahan dalam proses interogasi.
Alat ini diawali dengan ide yang sangat sederhana, namun dalam penerapannya kemudian bisa sangat efektif untuk mengorek informasi dari para tawanan perang dan mata-mata. Brazen Bull ini juga biasa digunakan untuk memberi pelajaran kepada para pencuri.
Brazen Bull pada dasarnya adalah patung perunggu berbentung banteng yang memiliki rongga pada bagian dalamnya. Rongga di bagian cukup kecil, namun cukup untuk memasukkan pria dewasa dalam posisi ditekuk. Patung perunggu ini kemudian disulut dengan api pada bagian bawahnya membuat korban yang berada dalam rongga patung perunggu tersebut terpanggang bagaikan berada di dalam microwave.
Patung perunggu Brazen Bull juga diberi lubang-lubang kecil agar sang korban tidak kehabisan udara saat berada di dalam. Ini tentunya agar korban dapat terus merasakan sakitnya sensasi terpanggang dan tidak mati lebih dulu karena kehabisan udara.
Patung perunggu lain yang juga digunakan sebagai untuk memanggang korban ini tidak selalu berbentuk banteng. Ada juga beberapa alat penyiksaan dengan aplikasi yang sama ditemukan di wilayah Eropa dan Timur Tengah dengan bentuk tabung, kubus, dan lain-lain.